Tidak ada sesuatu yang dapat mengendalikan lisan seperti puasa. Orang yang selalu kenyang akan mengakibatkan seluruh organnya dalam keadaan sarat keinginan dan nafsu. Kerana itu, jika lisan lepas mungkin ia tidak dapat mengendalikannya. Sedangkan lisan merupakan refleksi jiwa seseorang. Apa pun yang terjadi dalam jiwa merupakan penyimpangan dari jalan Allah, maka akan terlihat pada lisan, tangan, kaki, akhlak, dan perbuatan. Menahan jiwa dari nafsu makan akan mengurangi keterlepasannya dan mendorongnya untuk berdisiplin dijalan yang benar.
Inilah hikmah puasa berkenaan menghadapi sesuatu yang negatif, yang manifestasinya adalah menahan nafsu dari yang tidak layak dilakukan.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila seseorang dari kamu berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berkata kasar. Jika seseorang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, 'Aku sedang berpuasa'." (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim)
Dan sabda Rasulullah saw dalam hadis yang lain, "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan amal jahat, maka Allah tidak memerlukan kepada nya meski pun ia meninggalkan makan dan minum." (Hadis Riwayat Bukhari, Tirmidzi dan Abu Dawud)
Oleh itu, orang-orang yang berpuasa tetapi tidak mewujudkan suasana ini maka ia seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw, "Banyak orang yang berpuasa tetapi dari puasanya itu ia tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga, dan banyak orang yang bangun malam (tahajjud) tetapi dari tahajjudnya itu ia tidak mendapatkan kecuali tidak tidur malam." (Hadis Riwayat Ibnu Majah) Wallahu'alam.
0 comments:
Post a Comment